Profil Masjid I'anatut Tholibin
Masjid merupakan tempat
ibadah multi fungsi. Masjid bukanlah
tempat ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan itikaf semata. Semua kegiatan
positif dan bermanfaat bagi umat dapat dilakukan di masjid. Baik itu masalah
agama atau masalah dunia yang tidak ada larangan Syariah untuk dilakukan di masjid. Pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wasalam masjid-masjid
sangat makmur. Masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat shalat. Rasulullah
menggunakan masjid sebagai pusat kegiatan.
Masjid
I’anantut Tholibin adalah salah satu masjid besar yang ada di Surabaya barat,
berdiri pada tahun 1960 dengan nama awal masih belum masjid yaitu Mushola
(Surau) I’anantut Tholibin salah satu menjadi masjid percontohan di daerah
Sawahan. Masjid I’anantut Tholibin berdiri awal 1960 di dirikan oleh seorang
kakek Djoemali generasi perang pada zaman penjajah Belanda di Surabaya. Kakek
Djoemali ini adalah salah satu ulama yang ada di Surabaya barat, beliau adalah
salah satu dari sekian banyak pemuda yang berjuang di jalan Allah. Kakek
Djoemali ini juga salah satu arek Suroboyo yang menyobek bendera Belanda yang
ada di hotel Yamato Surabaya. Awal mula nya kakek Djoemali menemukan sepetak
tanah kosong yang berada di pinggir sungai Banyu Urip (sekarang di tutup block
Cup Vert), beliau terus membangun mushola di pinggir sungai tersebut dengan
tujuan orang sekitar Banyu Urip dapat beribadah kepada Allah dengan mudah,
karena masjid pada zaman itu sangat lah jauh hampir menempuh 5 km untuk dapat
berjumpa masjid kembali (masjid yang dimaksud adalah masjid Rahmat Kembang
Kuning). Tempat ibadah di daerah Banyu Urip sangat lah susah, karena pada zaman
itu perkembangan kota Surabaya masih belum maju seperti sekarang, bisa di
bilang pembangunan mushola I’anantut Tholibin ini adalah tempat ibadah yang di
bangun pertama kali di daerah Banyu Urip. Oleh sebab itu, mushola I’anantut
Tholibin yang sekarang sudah menjadi masjid dapat di bilang masjid percontohan
(kiblat) di daerah Banyu Urip.
Masjid
I’anantut Tholibin sendiri bisa dikatakan tempat yang sangat strategis karena
menghubungkan jalan antara Surabaya bagian barat ke Surabaya Pusat. Sayang nya
masjid I’anantut Tholibin ini mempunyai ukuran yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan masjid masjid besar atau ternama di Surabaya, dengan ukuran
seluas 9x13 m dan tidak bertingkat. Masjid I’anantut Tholibin sendiri telah
mengalami dua kali pembongkaran total atau renovasi pada tahun 1980 dan 2010.
Pada pembangunan masjid I’anantut Tholibin ini di tahun 1980 membongkar
sebagian dari bangunan saja yang dianggap perlu di perbaiki. Tahun 1980 ini
juga dapat di katakan perubahan status dari mushola ke masjid karena pada
renovasi atau perbaikan masjid ini sehingga dapat menyelenggarakan sholat
jum’at yang sebelum nya belum bisa di fungsikan sebagai ibadah sholat jum’at.
Masyarakat yang semakin meluas sehingga banyak nya orang muslim yang ada di
daerah Banyu Urip mendukung aksi tersebut sehingga tidak terlalu jauh untuk
beribadah sholat jum’at. Pada renovasi yang kedua di tahun 2010 merubah total
bangunan lama masjid I’anantut Tholibin menjadi lebih moderen mengikuti zaman
yang lebih canggih. Seperti penambahan menara masjid dan kuba pada masjid yang
sebelum nya hanyalah genteng seperti rumahan.
Masjid
I’anantut Tholibin ini berada di jalan raya Banyu Urip no 220 kelurahan Kupang
Krajan kecamatan Sawahan kota Surabaya. Masjid I’anantut Tholibin sekarang
identik dengan sebutan masjid besar yang di bangun pinggir jalan raya Banyu
Urip yang mengarah ke Kupang, padahal pada masjid ini pembangunan nya telah selesai
dan berakhir 8 tahun silam tepatnya pada tahun 2012, identik dengan sebutan itu
karena masjid I’anantut Tholibin ini terlihat tampat depan maupun samping
seperti bangunan yang masih dalam proses pembangunan. Kuba pada masjid
I’anantut Tholibin ini sangat pendek sekali sehingga terlihat seperti tidak
mempunyai kuba, padahal kalau kita lihat dari dalam bangunan masjid ini
terlihat besar kuba nya, dikarenakan tinggi dari bangunan masjid sendiri hampir
menyentuh kabel listrik yang membentang pada masjid sehingga sangat minim nya
ukuran tinggi kuba masjid ini. Tidak hanya kuba yang unik pada masjid I’anantut
Tholibin ini, menara juga dapat dibilang unik pada bangunan masjid ini, singkat
cerita tempat pembangunan pada menara ini dulu adalah tempat sumber air dari
daerah Banyu Urip kedalaman sumur tersebut sangat lah dalam, sehingga pada
pembuatan menara tersebut memaksa harus menutup aliran sumber air penuh
perdebatan pada zaman dahulu, akhir nya dapat di setujui dan dilaksanakan
pembangunan sampai selesai membutuhkan beberapa paku bumi untuk menutup sumur
tersebut.
Selain banyak keunikan pada tempat ibadah satu ini, kegiatan keagamaan pada masjid I’anantut Tholibin ini dapat di bilang sangat ramai dan banyak antusias dari jamaah masyarakat Banyu Urip sendiri. Jika dibandingkan masjid masjid yang berada di Banyu Urip masjid I’anantut Tholibin ini adalah masjid yang terlihat lebih maju dari masjid mushola sekitarnya. Terbukti dari kegiatan dan tingkat keaktifan masjid I’anantut Tholibin ini sangat lah aktif dari pengajian pengajian yang diadakan sistem pendidikan keagaman, jadwal sholat rowatib dan juga aktif dalam kepengurusan NU (Nadhatul Ulama) secara tingkat kecamatan maupun kota turut selalu aktif dan berpartisipan. Selain maju dalam segi keagamaan masjid I’anantut Tholibin ini juga mempunyai tata kelola yang bagus sistem manajemen yang baik. Mulai dari sistem generasi, pelayanan, fasilitas serta pengelolaan dan pelaporan keuangan yang cukup rapi.
Komentar
Posting Komentar